Susah
buang air besar atau BAB adalah masalah yang umum ditemui pada anak.
Meskipun demikian, apabila anak susah BAB atau yang biasa disebut
dengan konstipasi pastinya langsung membuat orang tua khawatir dan
memikirkan bagaimana caranya agar BAB anak kembali lancar. Penyebab
anak susah BAB pun beragam sehingga diperlukan penanganan yang
tepat sasaran.
Konstipasi
terjadi ketika kotoran atau tinja bergerak terlalu lambat melalui
saluran pencernaan, menyebabkan tinja menjadi keras dan kering.
Sebelum lebih lanjut membahas mengenai alasan susah BAB pada anak,
ada beberapa ciri-ciri anak yang mengalami konstipasi antara lain
berkurangnya frekuensi BAB pada anak dalam satu minggu, adanya rasa
sakit saat buang air besar, dan sakit perut berkepanjangan. Selain
itu, ciri lainnya adalah feses dengan diameter besar sehingga
menghalangi jalan keluar kotoran.
Pada
beberapa kasus ditemukan darah pada feses anak. Terlebih lagi, anak
yang mengalami konstipasi setelah buang air besar akan timbul rasa
tidak nyaman pada anak sehingga anak setelahnya akan mencoba
menghindari waktu buang air besar karena takut akan terasa sakit.
Meskipun
terdengar mengerikan, orang tua tetap tidak perlu khawatir karena
konstipasi pada anak terjadi hanya sementara dan merupakan hal yang
normal. Yang terpenting adalah mengetahui apa saja penyebabnya dan
cara menanganinya. Yuk, simak penyebab
anak susah BAB yang sering dilakukan tanpa
disadari!
Menahan
BAB
Ada
kalanya anak sering enggan untuk BAB dan akhirnya cenderung
menahannya. Misalnya, karena ia tidak nyaman menggunakan toilet umum
dibandingkan menggunakan toilet rumah. Anak juga sering mengabaikan
keinginan untuk buang air besar karena tidak ingin waktu bermainnya
terpotong. Ingatkan anak untuk tidak mengacuhkan keinginannya untuk
ke toilet.
Pola
makan
Salah
satu penyebab utama konstipasi pada anak adalah kurangnya serat dan
cairan pada apa yang ia konsumsi. Serat ini biasanya ditemukan pada
buah atau sayur, yang seringkali dihindari oleh anak-anak. Tidak
mendapatkan cukup cairan juga dapat membuat feses menjadi lebih
keras. Ajak ia untuk memakan lebih banyak buah dan sayur serta minum
banyak air agar BABnya kembali lancar.
Beberapa makanan
yang dapat memperlancar BAB di antaranya adalah
aprikot, ubi jalar, pir, plum, persik, prem, kacang, kacang polong,
brokoli atau bayam. Kurangi makanan yang justru dapat memicu
konstipasi seperti pisang, saus apel, dan makanan bayi yang
dikentalkan dengan tapioka. Apabila diizinkan oleh dokter anak Anda,
ada kemungkinan untuk mengobati sembelit anak dengan obat pencahar.
Pengaruh
obat
Beberapa
obat atau suplemen dapat menyebabkan anak-anak mengalami konstipasi,
termasuk suplemen zat besi dosis tinggi. Namun tidak perlu takut pada
zat besi yang terkandung dalam susu formula bayi karena memiliki
dosis yang lebih rendah dan tidak menyebabkan konstipasi.
Kurangnya
aktivitas fisik
Anak-anak
biasanya sangat aktif. Ia akan bergerak ke sana ke mari, seakan-akan
energinya tidak ada habisnya. Namun ada beberapa kondisi ketika anak
tidak banyak beraktivitas seperti terlalu lama bermain dengan gadget.
Padahal, banyak bergerakan dan melakukan berbagai aktivitas akan
membantu pergerakan makanan untuk melalui proses pencernaan. Karena
itulah, dorong ia untuk bermain di luar paling sedikit 30-60 menit.
Riwayat
konstipasi pada keluarga
Anak-anak
yang memiliki anggota keluarga yang mengalami konstipasi lebih
mempunyai kemungkinan lebih tinggi mengalami hal serupa. Hal ini
mungkin terjadi dikarenakan faktor genetik atau lingkungan tempat
tinggal bersama.
Perubahan
rutinitas anak
Perubahan
yang terjadi pada rutinitas sehari-hari anak ternyata juga dapat
menjadi penyebab anak susah buang air besar. Misalnya ketika
sedang pergi liburan dan jauh dari toilet yang biasa ia gunakan bisa
membuat beberapa anak tidak ingin pergi ke kamar mandi. Selain itu,
anak-anak juga biasanya akan merasakan konstipasi saat hari pertama
mereka bersekolah dan jauh dari rumah.
Konstipasi
pada anak biasanya tidak serius. Namun pada beberapa kasus,
konstipasi kronis dapat menyebabkan komplikasi. Apabila terjadi 2-3
minggu dan berlanjut, segera bawa anak ke dokter terutama bila
disertai dengan gejala lain seperti demam, muntah, ditemukannya darah
di kursi tempat ia duduk, pembengkakan pada perut, turunnya berat
badan, dan penonjolan usus yang keluar dari anus.